Semakin mendekati puncak ibadah haji, yaitu wukuf, maka bus yang ada di Kota Mekah akan semakin berkurang. Hari ini semua bus untuk membawa jama’ah calon haji sudah dinonaktifkan karena digunakan untuk membawa semua sisa calon jama’ah haji dari Kota Madinah ke Kota Mekkah. Akhirnya saya dan mama harus berjalan kaki sekitar 2 Km.
Hari ini, saya dan mama berencana bertemu dengan teman kantor mama, tante Heny. Beliau berangkat haji dengan ibundanya. Saya memanggil beliau eyang. Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, eyang menjalani dua operasi, yaitu operasi kanker payudara dan operasi kanker serviks (rahim). Selain operasi pengangkatan salah satu payudara dan rahim, eyang juga menderita Diabates mellitus (kencing manis). Hal ini membuat eyang tidak bisa berjalan dengan kedua kakinya. Jadi, tante Heny membeli kursi roda dan kursi lipat saat sampai di Kota Madinah. Tante Heny memakai kursi roda untuk membawa eyang dari maktab ke Masjid. Alhamdulillah, meski dengan ujian tersebut, tante Heny tetap dapat mencapai target sholat Arbain saat di Kota Madinah, subhanallah…
Saat berangkat ke Kota Mekah, kursi lipat yang biasa eyang gunakan untuk sholat hilang. Tante Heny bilang ke eyang, “itu tandanya Allah minta eyang sholat tanpa kursi lipat 🙂 “. Akhirnya eyang pun mulai belajar sholat tanpa kursi lipat. Ketika tante Heny kelelahan mendorong kursi roda dari maktab ke Masjidil Haram (1,5 Km, sekedar info, bus yang disediakan hanya untuk jama’ah yang jarak maktabnya lebih dari 1,5 km ke Masjidil Haram), eyang menangis. Eyang berdoa agar eyang bisa berjalan kembali setiap ke Masjid.
Allahuakbar…Allahuakbar… Begitulah kesan pertama tante Heny saat melihat eyang akhirnya bisa berdiri dan berjalan lagi, meski masih pelan-pelan. Akhirnya sampai saat tulisan ini dibuat, eyang masih bisa beraktivitas dengan baik. Masih bisa mengurus sawahnya di daerah Ngawi dan diantar oleh tante Heny dengan mobil dari domisili tante Heny di Surabaya.
Itulah kuasa Allah. Apapun yang Allah katakan “kun” maka “jadilah” tanpa ada penghalang sedikit pun. Eyang benar-benar mengajarkan arti kegigihan dan ketidakputusasaan. Seluas kesabarmu pada Allah, maka seluas itulah rahmatNya akan menyelimuti kita.
Masjidil Haram, 2 November 2011
==============================================================================
Ummuditya's Blog 